Sabtu, 17 April 2010

: sindroma empat tahunan.

Senin, 05 April 2010

5 April 2010


katamu, gelisah adalah tanah tempatmu pulang. rumah batu yang mendinginkan hati hangatmu. gelisah adalah gunung-gunung angkuh yang berselingkuh ketika kamu mendekat. adalah bulir nasi bercampur pasir yang meraba-raba lidah kesatmu. katamu, gelisah adalah baur nafasmu dengan asap rokok yang diam-diam kauselipkan di dekat hatimu. kalau begitu, ke mana ia telah pergi? katamu, diam-diam kamu merindukannya.

Minggu, 28 Maret 2010

28 Maret 2010


lalu, satu per satu usai dan burai. di belakang panggung, ada yang menangis merindukan hari kemarin, yang ia tahu tak sama lagi ketika diulang. disimpannya kenangan, juga sisa airmata, ke dalam kantung ingatannya yang menggembung. setidaknya, ia tahu ada yang tumbuh dan tambah dalam dirinya.

Minggu, 21 Maret 2010

21 Maret 2010

menatapmu dari jauh adalah sakit yang lentur, yang lekat dengan jarak. seperti jarak yang ditanam para penganyam kata dengan hati kecilnya, yang ditenun kedua mata kita seketika saling menjaring. Ungba, jika menatapmu adalah luka, aku mencandunya seperti Sade.

Sabtu, 20 Maret 2010


: jika seorang tunanetra suatu saat bisa melihat, apakah ia akan merindukan kegelapan, sesekali?

Minggu, 07 Maret 2010


: menggali ingatan tentang semasa di kaki Welirang, tentang sepotong cinta yang tertinggal di dinding-dinding bukit.

Rabu, 03 Maret 2010

3 Maret 2010

membuka jendela. lalu katanya, kita hanya bisa mengontrol saat ini. detik ini. tidak kemarin. tidak juga nanti, tadi, atau esok. tidak juga orang lain. lalu puluhan molekul maaf menggial-gumpal seperti ingin tumpah dari mulutku. maaf; apakah 'maaf' mesti selalu diucapkan?